CARA BERFIKIR KITA YANG HARUS BERUBAH
Cara berfikir kita yang harus berubah. Bukankah harga-harga bahan pokok pangan, juga listrik, air, pajak kendaraan akan selalu mengalami kenaikan atau penyesuaian siapapun rezimnya? Bukankan situasi politik, ekonomi, sosial dan budaya juga akan selalu dinamis? Selama ini kita menyalahkan "orang lain", sementara kesalahan diri sebagai skrup kecil bangunan bangsa ini sering kita lupakan.
Ulama, kyai, tuan guru, ajengan, gurutta petuah-petuahnya sering kita abaikan. Orang-orang tua kita dulu sangat taat sama kyai apapun masalahnya sowan dan curhat sama kyai. Nah kini kyai malah dihinakan dan dilecehkan sedemikian rupa karena diri merasa sudah yang paling.
Anak-anak tak lagi taat sama kedua orang tuanya, malah taat pada orang yang baru dikenalnya di jalan atau di kampus. Para petani sudah tak lagi taat sama siklus musim tanam akhirnya produksi pertaniannya rendah nyaris gagal. Nah rakyat tak lagi taat pada para pemimpinnya. Sebaliknya para pemimpin tak lagi mau mendengarkan suara rakyatnya.
Bukankah urusan mahal itu bisa diatasi jika daya beli kita kuat? Daya beli kuat jika diantara kita saling percaya dan jujur dalam bertransaksi? Dan kejujuran akan dibangun dengan saling percaya serta rasa hormat menmghormati. Lalu ada baiknya ibda bi nafsik, bukan menyalahkan orang lain.
Cara pandang kita sepertinya yang harus kita tata ulang. Urusan negara dan masyarakat adalah tidak bisa sendiri tetapi harus saling sinergis, saling percaya dan saling memberikan penghormatan. Tanyakanlah pada dirimu sendiri, sudahkaH kita berbuat baik untuk kebaikan publik dari hal-hal yang paling kecil. Kebiasaan mencela dan berkomentar negatif pada orang lain dan pemimpin kita, harus dikurangi karena itu beda tipis dengan kritik.
Beda jauh antara kritik dan mencela. Sekali lagi ini persoalan cara pandang kita yang harus berubah. Selamat pagi selamat bekerja.
Salamdamai
Edisi muhasabahdiri
oleh shbt rb jkt
0 comments:
Post a Comment